Kamis, 08 Februari 2018

Sebuah Sekolah Di Dalam AWAN

Berawal dari postingan di sosial media oleh One Horizon di awal tahun 2017 tentang event yang bertema Education Gathering yang akan diselenggarakan di Dsn. Puncak Sari, Ds. Sapih, Kec. Lumbang, Kab. Probolinggo.


Salah satu dari anggota kami yang akrab dengan sebutan masdim (dimas#34) akhirnya memutuskan untuk ikut serta dalam kegiatan tersebut bersama rekan-rekan dari One horizon, Adventuride, kombo dan rekan-rekan lain yang di pelopori oleh Pakde Iza.


Target sasaran kami adalah adik-adik dari SDN Sapih 3 yang berada pada ketinggian +/- 2300 mdpl. Tujuan dari acara ini adalah untuk berbagi bingkisan semangat untuk adik-adik disana. Perjalanan kami tempuh +/- 3 jam dari SBPU Tongas, Probolinggo yang berada di jalur pantura, tak sedikit dari kami yang jatuh bangun menuju ke lokasi, karena sulitnya medan dan terjal nya tanjakan yang disertai bebatuan dan tanah lumpur.


Lanjut cerita kami tlah sampai di dusun Puncak Sari, kami disambut oleh masyarakat sekitar dengan sangat ramah hingga kami dipersilahkan untuk beristirahat dan bermalam di rumah papi dan mami ya begitulah sapaan akrab kami kepada pemilik rumah. setelah beristirahat dan mempersiapkan bingkisan kami pun berjalan menuju SD 3 Sapih, kami disambut dengan senyum dan tawa manis serta bahagia dari mereka.. tak menunggu lama kami pun mengadakan upacara bendera yang disertai pembacaan UUD 1945 serta menyanyikan lagu Indonesia Raya .


Setelah melaksanakan Upacara kami melanjutkan dengan berbagai kegiatan mulai dari pendekatan dengan adik-adik disana, membuat permainan menarik yang disertai pemberian hadiah dan memberi motivasi serta acara inti yakni pemberian bingkisan semangat yang disimboliskan oleh pihak kami kepada Kepala Sekolah SDN 3 Sapih.

Di sela-sela kegiatan berlangsung kami melakukan pendekatan serta berbagi cerita kepada adik-adik, kami sangat terharu mendengar cerita dari mereka tentang semangat untuk bersekolah, cita-cita dan keluh kesah mereka yang hanya memiliki 3 ruang kelas dan jarak tempuh yang mereka tempuh dengan kaki-kaki kecil mereka. Medan jalur disana bisa dikatakan cukup berbahaya karena lebar jalan yang bisa dikatakan kurang luas, naik turun nya medan yang disertai oleh tanah dan bebatuan besar.



Kembali tentang cita-cita mereka yang begitu polos dan mulia, mereka bercita-cita sangat sederhana hanya ingin menjadi seorang petani sama seperti kedua orang tua mereka yang mayoritas adalah petani kentang. Beberapa dari mereka tak ingin melanjutkan pendidikan ke jenjang selanjutnya (SMP) karena SMP terdekat dari puncaksari bila kami tempuh dengan motor bisa memakan waktu 2-3 jam dikarenakan sulitnya medan jalur.


Kami merasa seperti tersambar petir setelah mendengar cerita dari mereka, karena sebagian dari kami masih dalam status mahasiswa, dan seperti mahasiswa pada umumnya yang  masih suka titip absen (TA) di kampus, padahal jarak tempuh pun dekat, mudah di akses pula. Bila kami merasa seperti itu lantas bagaimana dengan pemerintah yang tlah lalai terhadap kemudahan akses jalan dan pemerataan pendidikan yang berkualitas sehingga membuat adik-adik manis kamis disana enggan bercita-cita lebih tinggi.



Lalu apa yang kami lakukan ini benar ? baik ? jawabnya ialah belum tentu... yang jelas kami hanya ingin berbagi, dan ikut serta membantu.... 

Lhaa berbagi kok diceritakan , pamer, cari sensasi, pencitraaan broo, jawab saya BODO AMAT ! . Respon seperti itu hanya untuk kalian yang tidak ingin membuka pikiran lebih luas dan menangkap dengan baik.

Kami membagikan seluruh pengalaman kami agar dapat menjadi inspirasi dan pelajaran karena belajar itu gak harus dari pengalaman pribadi tapi kita bisa belajar dari pengalaman orang lain juga.



Sekian dulu dari admin, jangan lupa ngopi hhe
Semoga sehat selalu dan terimakasih banyak telah membaca. Semoga bermanfaat.

Salam getthestory cuuyyyyy.....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar